Tips Kesehatan | Resep Tradisional

Wednesday 5 April 2017

Tekanan Darah, Komplikasi Hipertensi, dan Panduan Melakukan Tes Tekanan Darah

Sekilas Tekanan Darah
Apa yang disebut tekanan darah? Tekanan darah dapat diartikan sebagai sebuah istilah yang mengacu pada gaya atau tekanan yang diberikan oleh darah pada pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia (Ronny dan Fatimah, 2008: 26). Tekanan darah pada manusia mengalami peningkatan seiring dengan irama detak jantung setiap kali jantung berelaksasi.

sumber: bresala.net

Tekanan darah pada manusia sangat dipengaruhi oleh volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Karenanya, elastisitas ketika volume darah meningkat dan elastisitas pembuluh darah terganggu, tekanan darah akan meningkat. 

Selain itu, tekanan darah juga ditentukan oleh aktivitas fisik manusia. Ketika anda melakukan suatu aktivitas, tekanan darah akan meningkat. Sebaliknya, ketika anda sedang istirahat, maka tekanan darah akan kembali normal.

Perlu diketahui juga, tekanan darah setiap waktu juga berbeda. Ketika di pagi hari, tekanan darah akan lebih tinggi. Sedangkan saat malam hari, tekanan darah akan lebih rendah. 

Hal ini menunjukkan bahwa tekanan darah dari waktu ke waktu tidak selalu sama. Ia terus berfluktuasi karena juga berkaitan erat dengan aktivitas fisik dan emosi. Karenanya, tekanan darah harus diambil saat kondisi istirahat dan lebih dari satu kesempatan. 

Di sisi lain, tekanan darah pada setiap individu pun bervariasi dan ini terjadi secara alami. Bayi dan anak-anak normalnya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa.

Darah dalam manusia mempunyai fungsi sebagai alat transportasi dalam tubuh seperti membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Fungsi darah juga untuk membawa zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Begitu juga, darah berfungsi untuk mengangkat karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru dan berbagai fungsi lainnya. 

Karenanya, darah sangat berpengaruh terhadap kondisi tubuh manusia. Eksistensi darah sebagai alat transportasi terjadi melalui mekanisme darah yang dipompa oleh jantung yang menyebabkan darah mengalir ke seluruh tubuh. 

Dalam mekanisme dan metode pengukuran tekanan darah, diambil dua bentuk ukuran yang didasarkan atas jenis tekanan darah. Seperti diketahui bahwa tekanan darah dapat dibedakan menjadi sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik berarti tekanan darah pada waktu jantung mengatup. 

Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali. Dengan demikian, tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolik. Sebagai contoh, pengukuran akan mendapati angka sebagai berikut 120 /80 mmHg. 120 adalah angka sistolik sedangkan 80 adalah angka diastolik.

Bagaimana Risiko Tekanan Darah saat Usia Lanjut?
Tekanan darah secara alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Di Inggris, privalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20% dan meningkat lebih dari 50% pada usia di atas 60 tahun. Tekanan darah tinggi juga dapat terjadi pada usia muda namun prevalensinya rendah (kurang dari 20%) (Palmer dan Williams: Erlangga, 2007).

Hasil penelitian Framighan di seluruh dunia juga menunjukkan hasil hampir sama. Dalam penelitian tersebut sebagaimana dikutip dalam Kowalski (2010: 70), diketahui bahwa terdapat sekitar 27% orang di bawah usia 60 tahun bertekanan darah lebih tinggi dari 140/90. 20% dari mereka menderita hipertensi dengan angka 160/100. 

Di antara manula berusia lebih dari 80 tahun, 75% menderita hipertensi (lebih tinggi dari 140/90) dan 60%-nya 160/100, atau lebih tinggi. Hanya 7% dari orang yang berusia lebih dari 80 tahun bertekanan darah normal. 

Data-data ini menunjukkan bahwa tekanan darah berisiko tinggi mengalami kenaikan yang drastis pada usia lanjut. Tekanan darah yang meningkat ini tidak hanya terjadi pada satu jenis tekanan darah saja namun bisa keduanya. Namun demikian, tekanan darah sistolik peningkatannya lebih nyata daripada tekanan darah diastolik.

Pada wanita, bila dikaitkan antara usia dengan tekanan darah tinggi, fakta menunjukkan bahwa tekanan darah pada mereka memang cenderung meningkat pada usia lanjut. Namun begitu, risiko berkembangnya hipertensi pada mereka baru meningkat pesat setelah masuk masa menopause.

Hal di atas disebabkan karena pada usia lanjut, wanita cenderung mengalami kegemukan dan ini sangat mungkin untuk berkembang menjadi obesitas. Kedua kondisi ini, sangat berpotensi meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. 

Sementara itu, pada pria, risiko hipertensi terjadi hingga umur 45 tahun. Sedangkan usia 45 tahun ke atas, baik pria maupun wanita memiliki tingkat risiko yang sama, bahkan wanita lebih beresiko. Itulah sebabnya mengapa hipertensi lebih sering ditemukan pada wanita menopause.

Berbahayakah Hipertensi?
Hipertensi adalah suatu kondisi yang sangat “ganas” karena bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan lain yang cenderung lebih parah. Bahkan yang lebih menakutkan lagi, hipertensi ini biasanya terjadi secara diam-diam sehingga dijuluki “penyakit pembunuh secara diam-diam”. Namun sebenarnya, hipertensi sebagai penyebab kamatian tidak semuanya disebabkan hipertensi secara langsung tetapi kebanyakan merupakan efek penyakit yang timbul karenanya.

Memang seperti itulah kenyataannya, hipertensi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya beberapa penyakit berat dan berbahaya. Beberapa penyakit tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

sumber: archivoimg.globovision.com

a. Kelainan dan serangan jantung
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan beban jantung karena harus memompa darah lebih berat. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya pembesaran pada jantung. 

Jika kondisi ini terjadi terus-menerus, lambat namun pasti, jantung akan mengalami kerusakan yang lebih berat lagi, seperti kematian sel-sel jantung atau gagal jantung.

Selain gagal jantung, hipertensi juga menyebabkan terjadinya serangan jantung. Hal ini disebabkan karena tekanan darah tinggi dapat menyebabkan arteri koroner gagal bekerja karena adanya pembuluh darah arteri yang menggumpal. 

Dalam hal ini, arteri koroner tidak dapat bekerja dengan baik karena mengalami kerusakan berupa hilangnya bentuk elastisitasnya. Akibatnya, suplai darah ke jantung dan otak terhambat. 

Di sini perlu diketahui bahwa kelainan-kelainan jantung seperti ini merupakan penyebab mati alami mendadak yang paling sering ditemukan. Dan hipertensi merupakah faktor risiko mayor terhadap penyakit jantung yang perlu mendapat perhatian serius.

b. Kerusakan dan gangguan fungsi ginjal
Masalah ginjal juga kerap ditemui pada pasien hipertensi lama yang tidak terkontrol. Hipertensi dapat memperberat fungsi ginjal yang mengakibatkan gagal ginjal. 2-5% kasus hipertensi disebabkan oleh kelainan ginjal. 

Sebaliknya, kelainan fungsi ginjal juga dapat menimbulkan hipertensi. Keluhan masalah ginjal ini biasanya akan semakin buruk bila pasien juga mengidap penyakit gula (diabetes). 

Lalu bagaimana hubungan hipertensi dan masalah ginjal? Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan produksi angiostin melonjak tajam. Kondisi ini, pada akhirnya akan membuat ginjal menjadi kelelahan hingga mengalami kerusakan. 

c. Stroke
Hipertensi juga sering ditemukan pada penderita stroke bahkan hipertensi ini menjadi faktor risiko mayor untuk penyakit ini, baik iskemik maupun hemoragik. Karenanya, seseorang yang menderita hipertensi mempunyai risiko yang tinggi mengalami stroke. 

Penyakit penyebab kematian nomor 1 di dunia ini sangat menakutkan. Sebab, sebagaimana hipertensi, timbulnya serangan stroke juga tidak menunjukkan gejala khas. 

Seseorang dinyatakan berisiko stroke ialah apabila pada pemeriksaan tekanan darah ditemukan angka tekanan sistolik ≥ 180 mmHg atau/dan tekanan diastolik (bawah) ≥ 120 mmHg. Jika angka ini yang didapatkan, penderita harus mendapatkan pemeriksaan yang intensif  untuk mendeteksi adanya kemungkinan komplikasi. 

Di samping itu, penderita juga harus segera mendapatkan obat penurun atau antihipertensi untuk menurunkan dan menormalkan tekanan darah.

d. Kelainan Mata
Hipertensi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan komplikasi pada mata yang disebut glaukoma. Glaukoma sendiri dapat didefinisikan sebagai penyakit mata yang diakibatkan oleh adanya tekanan cairan dalam bola mata menjadi terlalu tinggi. 

Kondisi ini dapat merusak serat lembut saraf optik yang membawa sinyal penglihatan dari mata ke otak. Jenis penyakit mata ini ditandai dengan penyempitan arteriol kecil yang dipicu oleh hipertensi. 

Hipertensi juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain pada mata seperti retinopati hipertensif. Penyakit mata ini merupakan kerusakan saraf (retina) mata. Penyakit ini terjadi jika tekanan darah sangat tinggi seperti pada penderita hipertensi maligna dan toksemia gravidarum. Tidak hanya itu, hipertensi juga dapat merusak pembuluh darah kecil dalam mata.

e. kerusakan pada pembuluh darah lengan dan tungkai
Hipertensi juga dapat menimbulkan masalah pada pembuluh darah arteri. Penyakit arteri yang dimaksud di sini ialah kerusakan pada pembuluh darah lengan dan tungkai. Penyakit ini dapat ditandai dengan adanya beberapa keluhan seperti nyeri saat berjalan jauh atau saat melakukan aktivitas. 

f. Disfungsi ereksi
Hipertensi juga dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi. Hal ini dipicu karena adanya penurunan produksi NO yang diakibatkan oleh hipertensi. Kondisi ini akan semakin parah jika penderita menderita penyakit diabetes dan obesitas.

sumber : topfonpack.ru

g. Dementia dan alzaimer
Hipertensi juga dapat menyebabkan terjadinya dementia dan alzaimer karena hipertensi dapat menurunkan fungsi otak, terutama yang berkaitan dengan memori. Hal ini disebabkan karena tekanan yang tinggi pada reseptor otak dapat melemahkan sistem saraf serta sejumlah neurotrasmiter yang berfungsi menyimpan dan mengatur output memori.

Segera Lakukan Tes Tekanan Darah Anda
Mengingat betapa buruknya dampak dari tekanan darah ini, Anda harus senantiasa bisa mengontrol tekanan darah Anda, terutama bagi Anda yang lanjut usia. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi dan mencegah adanya kemungkinan tekanan darah tinggi. Sebab seperti telah dijelaskan di atas, hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama pada stroke dan serangan jantung. 

Seperti dijelaskan di muka pula bahwa saat pemeriksaan tekanan darah, ada dua angka yang biasanya disebut, misalnya 120/80. Misalnya jika dinyatakan tekanan darah 120/80 maka artinya tekanan sistoliknya 120 mmHg dan diastoliknya 80 mmHg. 

Tekanan darah normal mungkin beragam antara 90/60 mmHg hingga 120/80 pada wanita sehat dan 120/90 mmHg pada pria. Dikatakan hipertensi ialah apabila tekanan darah Anda selalu berada di atas angka 140/90 mmHg. 

Ada beberapa sfigmomanometer atau alat pengukur tekanan darah, yakni menggunakan air raksa, jenis aneroid, dan jenis digital. Sebelum melakukan pemeriksaan, sebaiknya Anda memperhatikan beberapa hal berikut.

  1. Pastikan terlebih dahulu bahwa kandung kemih Anda kosong
  2. Janagan minum kopi terlebih dahulu, apalagi alkohol. Selain itu, jangan pula merokok sebelum pemeriksaan. Sebab semua itu dapat meningkatkan tekanan darah.
  3. Sesaat sebelum pemeriksaan dimulai, duduklah dengan tenang terlebih dahulu kurang lebih sekitar 5 menit. 
  4. Ketika pemeriksaan tengah dilakukan, jangan berbicara sepatah katapun. Sebaiknya tenangkan pikiran dan bersantailah. Jika tidak, anda akan mendapatkan angka tekanan darah palsu, sebab pikiran yang tegang dapat menaikkan tekanan darah. 
  5. Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan dalam posisi duduk dengan posisi lengan di atas meja dengan siku menekuk. Dalam posisi ini, telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan setinggi jantung.


Cara mengukur Tekanan Darah
Jika Anda datang ke rumah sakit, puskesmas, atau tempat lain dengan pengawasan tenaga kesehatan, Anda hanya cukup mendengarkan hasil tes tekanan darah Anda melalui informasi yang akan disampaikan kepada Anda setelah pemeriksaan selesai dilakukan. Ini tentu saja lebih mudah karena Anda tidak dituntut untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pemeriksaan ini.

sumber: practostatic.com

Jika Anda ingin melakukan pemeriksaan sendiri di rumah, diperlukan ketelitian karena harus menentukan tekanan darah sistolik dan diastolik lewat detak jantung sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas. 

Caranya pun cukup mudah, cukup dengan melilitkan manset di lengan kiri atas pada jarak 2 cm dari lipatan siku dan jari-jari Anda beradar di bawah manset. Setelah itu, tekanlah tombol dan tunggu hasilnya. Dan sama seperti tensimeter konvensional, pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari.

Setelah Anda melakukan pemeriksaan, ketahui berada di level mana tekanan darah Anda, apakah rendah, normal, atau bahkan mungkin tinggi. untuk itu, berikut ini penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran tensimeter untuk tekanan sistolik dan diastolik. Cocokkan segera dengan tabel berikut biar Anda bisa dengan cepar memastikannya.

Tekanan Darah
Sistolik (angka pertama)
Diastolik (angka kedua)
Darah rendah atau hipotesi
Di bawah 90
Di bawah 60
Normal
90-120
60-80
Pre-hipertensi
120-140
80-90
Darah tinggi (stadium 1)
140-160
90-100
Darah tinggi (stadium 2/berbahaya)
Di atas 160
Di atas 100




Tekanan Darah, Komplikasi Hipertensi, dan Panduan Melakukan Tes Tekanan Darah Rating: 4.5 Diposkan Oleh: sehat-itu-mudah

0 comments:

Post a Comment